Atalanta Tersingkir dengan Kejam
Indah pada saatnya. Syair kuno ini kelihatannya jadi keinginan dari beberapa anak Bergamo saat akan bertemu dengan club raksasa, Paris Saint Germain. Bermain dengan baju kebesaran biru hitam, dengan nama Atalanta, mereka mengharap surprise Liga Champions Eropa musim ini ialah mereka.
Atalanta mengharap ikuti jejak Ajax Amsterdam club penuh surprise musim kemarin yang sukses memijak semi-final sebelum ditaklukkan oleh Tottenham Hotspurs. Gianpero Gasperini sukses membuat Atalanta jadi team ofensif yang memporak-porandakan Seri A dan Liga Champions.
Melihat saja catatan gol mereka yang capai 116 gol dalam 48 laga di semua pertandingan. Takut. Mereka bermain tanpa ada rasa takut. Setelah epidemi Covid-19 cukup berkurang di Italia, mereka serta tampil makin menggila.
Itu yang membuat Pau Gomez cs, serta difavoritkan agar bisa menaklukkan PSG di pertandingan perempat final yang dimainkan dengna system knockout di Estadio de Luz, Portugal.
Sayang, bermain masih bagus, nasib tidak berpihak mereka. Unggul 1 gol lewat gol Pasalic pada menit ke-28 sampai pertandingan hampir usai, Atalanta dihempaskan dengan kejam sesudah gol Marquinhos pada menit ke 89 serta gol CHoupo-Mouting di waktu injurytime membuat mereka harus tersisih dengan score 1-2.
Tersisih dengan semacam itu memang kejam. Mereka dapat membunuh musuh sebelum 90 menit, tapi kesempatan ini kebalikan. Di waktu musuh akan terbunuh, mereka disakiti, sangat sakit walau tidak berdarah-darah dingin.
Siapa saja yang mneyaksikan pertandingan ini, harus mengaku jika kualitas, kedalaman serta kemampuan uang bicara di pertandingan ini.
Saat Atalanta harus keluarkan pemain kunci seperti Papu Gomez serta Duvan Zapata dari lapangan sebab kehabisan napas serta sangat terpaksa masukkan pemain yang pasti ada di level yang lain, PSG terlihat sangat nyaman dengan perubahan pemain mereka.
Siapa yang menduga di bench, lalu dimasukkan beruntun, Kylian Mbappe, Julian Draxler, Leandro Paredes atau Choupo-Moting si pahlawan kemenangan itu. Ini pemain kelas top yang dimasukkan dari bench, saat Angel Di Maria, Marco Verrati tidak bermain sebab penumpukan kartu serta luka.
Apa ini bermakna saya memandang jika kemampuan uang yang tentukan kedalaman tim untuk kunci kekalahan Atalanta? Dengan berat hati saya akan katakan ya, itu.
Kedalaman tim mebuat pelatih PSG, Thomas Tuhel dapat nyaman mainkan taktiknya yang lain saat tertinggal. Melihat saja saat Mbappe masuk, meliuk-liuk serta membuat Hatebour ketidaktahuan serta ingin edan, siapa saja yang melihat tahu jika gol tinggal menanti waktu saja.